I.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Senyawa Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa organik yang
terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena
adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik
atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada
manusia dan hewan.
Alkaloid juga adalah suatu golongan
senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa
alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis
tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen.
Hampir semua alkaloida yang
ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat
beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin,
morfin dan stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis
dan fisikologis. Alkaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan
seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam
kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang
berasal dari jaringan tumbuhan.
B. Klasifikasi
Alkaloida
Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber
asal molekulnya (precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic
pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kalau biosintesis dari
sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan menurut nama senyawanya,
termasuk nama senyawa yang tidak mengandung nitrogen (karena struktur molekulnya
terdapat dalam produk akhir. sebagai contoh: alkaloid opium kadang disebut
"phenanthrenes"), atau menurut nama tumbuhan atau binatang dimana
senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu dikaji, penggolongan sebuah
alkaloid diubah menurut hasil pengkajian itu, biasanya mengambil nama amine
penting-secara-biologi yang mencolok dalam proses sintesisnya.
Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarka beberapa
cara yaitu :
1. Berdasarkan jenis cicin heterosiklik nitrogen yang merupakan
baian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, alkaloid dibedakan atas
beberapa jenis seperti :
· Golongan Piridina: piperine, coniine, trigonelline,
arecoline, arecaidine,
guvacine, cytisine, lobeline, nikotina,
anabasine, sparteine, pelletierine.
Gambar. Struktur Piridina
gambar. Struktur Pyrrolidine
· Golongan Isokuinolina:
alkaloid-alkaloid opium (papaverine,
narcotine, narceine), sanguinarine,
hydrastine,
berberine, emetine,
berbamine, oxyacanthine.
· Golongan Kuinolina:
kuinina,
kuinidina, dihidrokuinina,
dihidrokuinidina,
strychnine,
brucine, veratrine, cevadine.
Gambar. Struktur Indol
2. Berdasarkan jenis tumbuhan dari mana alkaloida ditemukan.
3. Berdasarkan asal-usul biogenetic. Berdasarkna hal ini
alkaloida dapat dibedakan atas tiga jenis utama yaitu :
a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino
ornitin dan lisin.
b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin,
tirosin dan 3,4 – dihidrofenilalanin.
c. Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan.
Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah
menurut Hegnauer, dimana alkaloida dikelompokkan atas :
1. Alkaloida sesungguhnya, alkaloida ini merupakan racun,
senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hamper tanpa
kecuali bersifat basa. Umumnya mengandung nitrogen dalam cicin heterosiklik,
diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam
organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan
asam aristolkhoat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cicin
heterosiklik dan alkaloida quartener yang bersifat agak asam daripada bersifat
basa.
2. Protoalkaloida, merupakan amin yang relative sederhana
dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cicin heterosiklik.
Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino yang bersifat
basa. Pengeertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini.
3. Pseudoalkaloida, tidak diturunkan dari precursor asam amino. Senyawa ini biasanya
bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu
alkaloida steroidal dan purin.
C. Sifat Senyawa Alkaloid
Kebanyakan alkaloida berupa padatan Kristal dengan titik
lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisinya. Dapat juga berbentuk
amorf dan beberapa seperti nikotin dan konini berupa cairan.
Kebanyakan alkaloida tak berwarna, tetapi beberapa senyawa
kompleks spesies aromatik berwarna. Pada umumnya basa bebas alkaloida hanya
larut dalam pelarut organik meskipun beberapa pseudoalakaloid dan
protoalkaloida larut dalam air. Garam alkaloida dan alkaloida quaterner sangat
larut dalam air.
Alkaloida bersifat basa yang tergantung pada pasangan
electron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen
bersifat melepaskan elektron maka ketersediaan electron pada nitrogen naik dan
senyawa lebih bersifat menarik elektron maka ketersediaan pasangan electron
berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloida dapat bersifat netral atau
bahkan bersifat sedikit asam.
Kebasaan alkaloida menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah
mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen.
Hasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi olakloida selama atau
setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan
berlangsung dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik atau
anorganik sering mencegah dekomposisi.
D. Reaksi Senyawa Fenolik
Reaksi
umum untuk alkaloid
1. Reaksi
pengendapan untuk alkaloid
Reaksi Mayer : HgI2
· Cara
: zat + pereaksi Mayer timbul endapan kuning atau larutan kuning bening → +
alakohol endapannya larut. Reaksi dilakukan di objek glass lalu Kristal dapat
dilihat di mikroskop. Jika dilakukan di tabung reaksi lalu dipindahkan, Kristal
dapat rusak. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan
yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.
Reaksi
Bouchardat
· Cara
: sampel zat + pereaksi Bouchardat → coklat merah, + alkohol →
endapan larut.
2. Reaksi warna
- Dengan asam kuat : H2SO4 pekat dan HNO3 pekat (umumnya menghasilkan warna kuning atau merah)
- Pereaksi Marquis
- Zat + 4 tetes formalin + 1 ml H2SO4 pekat (melalui dinding tabung, pelan-pelan) → warna.
- Pereaksi Forhde : larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat
§ Zat + pereaksi Forhde → kuning
kecoklatan
§ Zat + diazo A (4 bagian) + diazo B
(1 bagian) + NaOH sampai alkalis → warna merah intensif.
§ Reaksi Nelzer Larutan zat dalam
alkohol absolut + 1 tetes CuSO4 dan CS2 Ã warna coklat
seperti minyak.
§ Reaksi Mandelin : zat + H2SO4
+ FeCl3Ã warna
§ Reaksi Roux: 1 tts NaOH + 1 tts KMnO4
+ 20 tts Na nitroprusid à kocok à larutan dan endapan, larutan diambil.
§ Reaksi Serulas & Lefort :
larutan zat dalam H2SO4 encer + KI + CHCl3 Ã
dikocok; lapisan CHCl3 akan berwarna.
§ Reaksi Huseman : zat + H2SO4
pekat à dipanaskan di atas api sehingga dihasilkan apomorfin + HNO3
65% + KNO3 padat à warna.
§ Reaksi Bosman: larutan zat dalam
H2SO4 encer + KMNO4 Ã dikocok dengan CHCl3; lapisan CHCl3 akan berwarna
violet kemudian terbentuk endapan coklat.
§ Reaksi Zwikker : Zat +1 ml Pyridin
10% + CuSO4 Ã batang panjang tidak berwarna, Kristal tidak spesifik dan dibuat
di objek glass.
§ Reaksi Mandelin amonium
vanadat ½ % dalam air + H2SO4 pekat.
§ Reaksi Murexide : Zat + 1 tetes
H2O2 3 % atau KClO3 padat + 1 tetes HCl 25%, panaskan
di water bath hingga kering à agak Jingga; + NH4OH à warna Ungu
§ Reaksi Parri : Zat + Co(NO3)2, lalu
+ uap NH4OH warna ungu.
- Reaksi Vitally : zat + HNO3 berasap, diuapkan di atas water bath sampai kering, + spir/alkali ungu, tahan dalam aseton
- Apomorfin : merah
- Strychnine : merah ungu
- Veratrin : coklat jingga
§ Reaksi Lieberrman: H2SO4 pekat +
HNO3 pekat
§ Reaksi Sanchez : zat +
p-nitrodiabendazol (p-nitoanilin +NaNO2 + NaOH)à ungu à jingga.
§ Reaksi Pesez : zat + H2SO4 + lar.
KBr, panaskan di atas water bath à hijau, ditarik dengan CHCl3 à biru hijau.
§ Reaksi Thalleiochin : larutan zat
dalam asam asetat encer + 1 tetes aqua brom + NH4OH berlebihà hijau zamrud +
kloroformà difloresensi
§ Reaksi Erytrochin : larutan zat
dalam HCl encer + aqua brom (hingga kuning) + kalium ferrocyanida + CHCl3 +
NH4OH, kocok homogen → lapisan CHCl3 berwarna merah.
§ Reaksi Sanchez. (reagen : larutan
jenuh p-nitronilin dalam 1% H2SO4 + NaNO2). Zat + H2SO4 75 % + 1 tetes reagen +
NaOH → ungu tua, asamkan dengan H2SO4 → jingga.
§ Reaksi Feigel : 5 tetes H2SO4 pkt +
sedikit yohimbin ad larut + kristal khloral hidrat panaskan di WB → merah biru
stabil, + air → warna hilang.
§ Reaksi esterifikasi : Zat +
alkohol + H2SO4 conc. Panaskan → bau khas.
§ Reaksi isonitril : Zat + spiritus +
KOH → panaskan → ditambah CHCl3 → panaskan lagi → bau iso nitril
(segera diasamkan karena bau beracun/busuk)
§ Reaksi Runge : Dipanaskan dengan HCl
25% → dinginkan → ditambah NaOH ad basa lemah → berwarna ungu kotor
§ Reaksi Indophenol: Panaskan
dengan HCl → dinginkan diencerkan dengan air + phenol + kaporit → nampak ungu
kotor → ditambah NH4OH berlebih → berwarna biru + HNO3 Ã
tidak berwarna kuning.
§ Reaksi Ehrlich : Zat padat +
pereaksi p-DAB HCl → berwarna kuning kenari
§ Reaksi Wassicky : zat + p-DAB +H2SO4
pekat à merah ungu
§ Reaksi korek api : zat + HCl lalu
batang korek api dicelupkan à jingga/kuning.
3. Reaksi Kristal:
- Reaksi Kristal dragendorf
Pada objek glass, zat +HCl aduk,
lalu teteskan dragendorf di pinggirnya dan jangan dikocok, diamkan 1 menit Kristal dragendorf
2.
2. Reaksi
Fe-complex & Cu-complex:
Pada objek glass, gas ditetesi
dengan Fe-compleks dan Cu-complex lalu tutup dengan cover glass panaskan sebentar, lalu lihat Kristal yang
terbentuk.
1. Pada objek glass, zat + asam lalu ditaburkan serbuk sublimat
dengan spatel, sedikit saja digoyangkan di atasnya à Kristal terlihat.
2. Reaksi Iodoform : zat ditetesi NaOH sampai alkali + sol.
Iodii lalu dipanaskan hingga berwarna kuning (terbentuk iodoform), lalu lihat Kristal
bunga sakura di mikroskop.
3. Reaksi Herapatiet. (reagen : air + spirtus + asam cuka biang
+ sedikit H2SO4 dan aqua iod sampai agak kuning pada objek glass). Zat + 1
tetes reagen → kristal lempeng (coklat/violet)
E. Identifikasi
Senyawa Alkaloid
1. Alkaloid Derivat Fenil Alanin
1.1 Alkaloid Amin
1.1.1 Efedrin HCl
Asal (efedrin) : Ephedra
vulgaris
Organoleptis :
serbuk putih halus, tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan
: larut dalam lebih kurang 4 bagian air
Reaksi Identifikasi:
1. Larutan zat dalam air + PbSO4
+ NaOH violet.
2.
Larutan zat dalam air +NaOH 0,1 N + 3 ml CCl4 dikocok , dibiarkan pisahkan lapisan organik + sedikit tembaga Ã
kocok à keruh lalu terbentuk endapan.
3. Reaksi oksidasi oleh KMnO4 bau benzaldehid.
4. Reaksi iodoform (+)
5.
Reaksi Nelzer: Larutan zat dalam alkohol absolut + 1 tetes CuSO4 dan
CS2 coklat minyak.
6. Zat + sulfanilat + NaOH merah.
7. Larutan zat dalam air + HCl, + H2O2
+ NaCl + 6 tetes NaOH merah violet.
8.
Larutan zat dalam air + AgNO3 endapan (AgCl), dicuci dengan air, + NH4OH endapan akan larut kembali.
1.2 Alkaloid Benzil Isokuinolon
1.2.1 Morfin
Asal: Papaver somniferum
Sinonim
: Dionin
Organoleptis :
kristal putih
Kelarutan
: larut dalam 12 bagian air
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Classis
: Dicotyledoneae
Ordo
: Piperales
Familia
: Piperaceae
Genus
: Piper
Species
: Piper nigrum L.
Reaksi Identifikasi:
1. Reaksi KING, SANCHEZ, dan FESEZ
(+)
2. Zat + H2SO4
+ FeCl3 dipanaskan dalam air
mendidih berwrna biru + HNO3 berwarna merah/coklat merah tua.
1.
Reaksi iodoform (+)
2.
Reaksi FROHDE: kuning hijau.
3.
Reaksi MANDELIN: kuning hijau.
4.
Reaksi MARQUIS: ungu dalam waktu
lama.
5.
Larutan zat dalam HCl + I2
à endapan yang larut dalam spiritus.
F.
Kegunaan
Senyawa Alkaloid Dalam Kehidupan Sehari-hari
Berikut adalah beberapa contoh
senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang farmakologi :
Senyawa Alkaloid
(Nama Trivial) |
Aktivitas Biologi
|
Nikotin
|
Stimulan pada syaraf otonom
|
Morfin
|
Analgesik
|
Kodein
|
Analgesik, obat batuk
|
Atropin
|
Obat tetes mata
|
Skopolamin
|
Sedatif menjelang operasi
|
Kokain
|
Analgesik
|
Piperin
|
Antifeedant (bioinsektisida)
|
Quinin
|
Obat malaria
|
Vinkristin
|
Obat kanker
|
Ergotamin
|
Analgesik pada migrain
|
Reserpin
|
Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi
|
Mitraginin
|
Analgesik dan antitusif
|
Vinblastin
|
Anti neoplastik, obat kanker
|
Saponin
|
Antibakteri
|
|
|
Sokletasi
adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat
padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan pelarut
tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi.
Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan
alam padat disebut ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan
padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak
dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang
digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat
mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut
sokletasi.
Adapun prinsip sokletasi ini yaitu : Penyaringan
yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang
digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya
diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi
menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa
organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang
tidak diinginkan
Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan
antara metoda maserasi dan perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri
( distilasi uap ), tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa
yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan
pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang
terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu.
Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu
akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali
kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut
yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan
rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu
campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka
dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.
Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara
metoda maserasi dan perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri (
distilasi uap ), tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa
yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak
didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka
cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi.
B. Keunggulan dan Kelemahan
Sokletasi
Keunggulan
sokletasi :
1. Sampel
diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
2. Jumlah
pelarut yang digunakan sedikit.
3. Proses
sokletasi berlangsung cepat.
4. Jumlah
sampel yang diperlukan sedikit.
5.
Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.
Kelemahan
sokletasi :
1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan
bahan tumbuhan yang mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas
karena akan terjadi penguraian.
2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian,
dengan menggunakan pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih
rendah, sehingga mudah menguap.
C. Syarat Pelarut yang digunakan
Syarat
syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :
1. Pelarut yang mudah menguap Ex : heksan, eter,
petroleum eter, metil klorida dan alkohol
2. Titik
didih pelarut rendah.
3.
Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
4.
Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.
5.
Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
6. Sifat
sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara
berurutan pelarut – pelarut organik dengan kepolaran yang semakin menigkat.
Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum eter, atau kloroform untuk
memisahkan senyawa – senyawa trepenoid dan lipid – lipid, kemudian dilanjutkan
dengan alkohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa – senyawa yang lebih
polar. Walaupun demikian, cara ini seringkali tidak. menghasilkan pemisahan yang
sempurna dari senyawa – senyawa yang diekstraksi.
Cara menghentikan sokletasi adalah dengan
menghentikan pemanasan yang sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang
digunakan dalam sokletasi harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika
sampai terkena sinar matahari, senyawa dalam sampel akan berfotosintesis hingga
terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang
disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi.
Alat sokletasi tidak boleh lebih rendah dari pipa
kapiler, karena ada kemungkinan saluran pipa dasar akan tersumbat. Juga
Dibanding dengan cara terdahulu ( destilasi ), maka
metoda sokletasi ini lebih efisien, karena:
1.
Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang
kali.
2. Waktu
yang digunakan lebih efisien.
3.
Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi.
Sokletasi
dihentikan apabila :
1. Pelarut
yang digunakan tidak berwarna lagi.
2. Sampel
yang diletakkan diatas kaca arloji tidak menimbulkan bercak lagi.
3. Hasil
sokletasi di uji dengan pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik.
D.
Prosedur Kerja Maserasi dengan Metode Sokletasi
Cara
kerja sokletasi adalah sebagai berikut :
Serbuk kering yang akan diekstraksi berada di dalam
kantong sampel yang diletakkan pada alat ekstraksi (tabung soklet). Tabung
soklet yang berisi kantong sampel diletakkan diantara labu destilasi dan
pendingin, disebelah bawah dipasang pemanas.
Setelah pelarut ditambahkan melalui bagian atas
alat soklet dan pemanas dihidupkan, pelarut dalam labu didih menguap dan
mencapai pendingin, berkondensasi dan menetes ke atas kantong sampel sampai
mencapai tinggi tertentu/maksimal (sama tinggi dengan pipa kapiler), pelarut
beserta zat yang tersari didalamnya akan turun ke labu didih melalui pipa
kapiler.
Pelarut beserta zat yang tersari pada labu didih
akan menguap lagi dan peristiwa ini akan terjadi berulang-ulang sampai seluruh
zat yang ada dalam sampel tersari sempurna (ditandai dengan pelarut yang turun
melewati pipa kapiler tidak berwarna dan dapat diperiksa dengan pereaksi yang
cocok).
Refluks
adalah salah satu metode dalam ilmu kimia untuk mensintesis suatu senyawa, baik
organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk mensistesis senyawa-senyawa
yang mudah menguapa atau volatile. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan
biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip
dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada
suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang
tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam
wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak ada uap air atau gas oksigen yang
masuk terutama pada senyawa organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena
sifatnya reaktif.
http://www.Al-ChemistUngu.blogspot.com/refluks.html
Prosedur dari sintesis dengan metode refluks adalah
Semua reaktan atau bahannya dimasukkan dalam labu bundar leher tiga.
Kemudian dimasukkan batang magnet stirer setelah kondensor pendingin air terpasang
Campuran diaduk dan direfluks selama waktu tertentu sesuai dengan reaksinya.
Pengaturan suhu dilakukan pada penangas air, minyak atau pasir sesuai dengan kebutuhan reaksi.
Pelarut akan mengekstraksi dengan panas, terus akan menguap sebagai senyawa murni dan kemudian terdinginkan dalam kondensor, turun lagi ke wadah, mengekstraksi lagi dan begitu terus.
Demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyaringan sempurna
Penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam.
Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. K
Gas N2 dimasukkan pada salah satu leher dari labu bundar.
Dilakukan dengan menggunakan alat destilasi, dengan merendam simplisia dengan pelarut/solven dan memanaskannya hingga suhu tertentu. Pelarut yang menguap sebagian akan mengembung kembali kemudian masuk ke dalam campuran simplisia kembali, dan sebagian ada yang menguap.
2.3. Keuntungan dan Kerugian Metode Refluks
Keuntungan dari metode refluks adalah:
Digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar, dan
Tahan pemanasan langsung.
Kerugian dari metode refluks adalah:
Membutuhkan volume total pelarut yang besar,dan
Sejumlah manipulasi dari operator.
http://www.Al-ChemistUngu.blogspot.com/refluks.html
Prosedur dari sintesis dengan metode refluks adalah
Semua reaktan atau bahannya dimasukkan dalam labu bundar leher tiga.
Kemudian dimasukkan batang magnet stirer setelah kondensor pendingin air terpasang
Campuran diaduk dan direfluks selama waktu tertentu sesuai dengan reaksinya.
Pengaturan suhu dilakukan pada penangas air, minyak atau pasir sesuai dengan kebutuhan reaksi.
Pelarut akan mengekstraksi dengan panas, terus akan menguap sebagai senyawa murni dan kemudian terdinginkan dalam kondensor, turun lagi ke wadah, mengekstraksi lagi dan begitu terus.
Demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyaringan sempurna
Penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam.
Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. K
Gas N2 dimasukkan pada salah satu leher dari labu bundar.
Dilakukan dengan menggunakan alat destilasi, dengan merendam simplisia dengan pelarut/solven dan memanaskannya hingga suhu tertentu. Pelarut yang menguap sebagian akan mengembung kembali kemudian masuk ke dalam campuran simplisia kembali, dan sebagian ada yang menguap.
2.3. Keuntungan dan Kerugian Metode Refluks
Keuntungan dari metode refluks adalah:
Digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar, dan
Tahan pemanasan langsung.
Kerugian dari metode refluks adalah:
Membutuhkan volume total pelarut yang besar,dan
Sejumlah manipulasi dari operator.
Maserasi
adalah salah satu jenis metoda
ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi
dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama
sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk
senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas.Namun biasanya maserasi
digunakan untuk mengekstrak senyawa yang tidak tahan panas (termolabil) atau
senyawa yang belum diketahui sifatnya. Karena metoda ini membutuhkan pelarut yang
banyak dan waktu yang lama. Secara sederhana, maserasi dapat kita sebut metoda
“perendaman” karena memang proses ekstraksi dilakukan dengan hanya merendam
sample tanpa mengalami proses lain kecuali pengocokan (bila diperlukan).
Prinsip penarikan (ekstraksi) senyawa dari sample adalah dengan adanya gerak
kinetik dari pelarut, dimana pelarut akan selalu bergerak pada suhu kamar
walaupun tanpa pengocokan. Namun untuk mempercepat proses biasanya dilakukan
pengocokan secara berkala.
B. Kelebihan Maserasi
Seperti
dijelaskan diatas maserasi dapat digunakan untuk jenis senyawa tahan panas
ataupun tidak tahan panas. Selain itu tidak diperlukan alat yang spesifik,
dapat digunakan apa saja untuk proses perendaman.
C. Kekurangan Maserasi
Maserasi
membutuhkan waktu yang lama, biasanya paling cepat 3x24jam, disamping itu
membutuhkan pelarut dalam jumlah yang banyak.
Untuk menjelaskan kelebihan dan kekurangan mari
kita bahas secara prosedur.
Gambar
disamping menunjukkan proses maserasi, dimana sample dimasukkan ke dalam bejana
(maserator) kemudian direndam dengan pelarut sampai terendam sempurna dan
tambahkan sekitar 1-2cm pelarut di atas permukaan sample, kemudian tutup bagian
atas untuk mencegah masuknya pengotor dan penguapan pelarut, namun berikan
sedikit lobang untuk mencegah terjadinya letupan akibat penguapan pelarut.
Perendaman dilakukan selama kurun waktu tertentu, misalnya dilakukan selama 24
jam dengan diberikan pengadukan setiap 1-2 jam (kalau malem biarkan saja tidak
perlu di aduk), proses pengadukan bukan keharusan. Setelah 24 jam ganti pelarut
dengan pelarut baru dan selanjutnya perlakukan sama dengan yang pertama.
Penggantian pelarut dilakukan untuk mempercepat proses ekstraksi, karena
pelarut pertama kemungkinan sudah jenuh oleh senyawa sehingga tidak dapat
melarutkan kembali senyawa yang diharapkan, dan waktu pergantian tergantung
kebutuhan tidak harus 24 jam.
Maserasi
dapat dilakukan modifikasi misalnya:
1. Digesti
Adalah cara
maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40˚ C - 50˚ C.
Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan
terhadap pemanasan.
Dengan
pemanasan akan diperoleh keuntungan antara lain :
a.
Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan-lapisan batas.
b.
Daya melarutkan cairan penyari akn meningkat, sehingga pemanasan tersebut
mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
c.
Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding terbalik
dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada kecepatan difusi.
Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat apabila suhu dinaikkan.
Jika cairan
penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu dilengkapi dengan
pendingin balik, sehingga cairan penyari yang menguap akan kembali ke dalam
bajana.
2. Maserasi dengan mesin pengaduk.
Pengaduk
berputar terus-menerus, waktu proses masersi dapat dipersingkat menjadi 6-24
jam.
3. Remaserasi
Cairan
penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari
pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan
cairan penyari yang kedua.
4. Maserasi melingkar.
Maserasi
dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan
menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara
berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
Keuntungan
cara ini :
a.
Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas
b.
Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam sehingga akan memperkecil
kepekaan setempat
c.
Waktu yang diperlukan lebih pendek
5. Maserasi melingkar bertingkat
Pada
maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena
pemindahan massa akan berhenti bila keseeimbangan telah terjadi. Masalah
ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (MMB).
Cairan-cairan penyari yang cocok untuk metode
maserasi
Pelarut merupakan senyawa yang bisa melarutkan zat sehingga bisa menjadi sebuah larutan yang bisa diambil sarinya.Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi antara lain sebagai berikut:
a. Pelarut polar : Pelarut yang larut dalam air
Untuk melarutkan garamnya alkaloid,glikosida,dan bahan penyamak
n-Butanol
CH3-CH2-CH2-CH2-OH 118 °C 18 0.810 g/ml
Isopropanol (IPA) CH3-CH(-OH)-CH3 82 °C 18 0.785 g/ml
n-Propanol
CH3-CH2-CH2-OH 97 °C 20 0.803 g/ml
Etanol
CH3-CH2-OH 79 °C 30 0.789 g/ml
Metanol
CH3-OH 65 °C 33 0.791 g/ml
Asam format
H-C(=O)OH 100 °C 58 1.21 g/ml
Air
H-O-H 100 °C 80 1.000 g/ml
b. Pelarut non polar : Pelarut yang tidak larut dalam air
Heksana
CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 69 °C 2.0 0.655 g/ml
Pemilihan pelarut atau cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi criteria berikut ini:
a.Murah dan mudah diperoleh
b.Stabil secara fisika dan kimia
c.Bereaksi netral
d.Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
e.Selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki
f.Tidak mempengaruhi zat berkhasiat
Pelarut merupakan senyawa yang bisa melarutkan zat sehingga bisa menjadi sebuah larutan yang bisa diambil sarinya.Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi antara lain sebagai berikut:
a. Pelarut polar : Pelarut yang larut dalam air
Untuk melarutkan garamnya alkaloid,glikosida,dan bahan penyamak
n-Butanol
CH3-CH2-CH2-CH2-OH 118 °C 18 0.810 g/ml
Isopropanol (IPA) CH3-CH(-OH)-CH3 82 °C 18 0.785 g/ml
n-Propanol
CH3-CH2-CH2-OH 97 °C 20 0.803 g/ml
Etanol
CH3-CH2-OH 79 °C 30 0.789 g/ml
Metanol
CH3-OH 65 °C 33 0.791 g/ml
Asam format
H-C(=O)OH 100 °C 58 1.21 g/ml
Air
H-O-H 100 °C 80 1.000 g/ml
b. Pelarut non polar : Pelarut yang tidak larut dalam air
Heksana
CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 69 °C 2.0 0.655 g/ml
Pemilihan pelarut atau cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi criteria berikut ini:
a.Murah dan mudah diperoleh
b.Stabil secara fisika dan kimia
c.Bereaksi netral
d.Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
e.Selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki
f.Tidak mempengaruhi zat berkhasiat
Yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan mutu simplisia adalah sebagai berikut
:
a. Simplisis harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku-buku acuan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI
b. Terdapat simplisia pembanding yang setiap periode harus diperbaharui.
c. Dilakukan pemeriksaan mutu fisi secara tepat.
d. Dilakukan pemeriksaan secara lengkap seperti pemeriksaan organolepti, makrokospis, mikrokospis, pemeriksaan fisika, kimiawi, kromatografi.
6. Parameter standarisasi
Parameter standarisasi antara lain:
• Organoleptik
Pemeriksaan meliputi warna, bau, dan rasa.
• Makrokospis
Pemeriksaan dengan dilihat secara langsung, dapat juga dengan bantuan kaca pembesar
• Mikrokosis
Pemeriksaan dengan melihat jaringan sel simplisia dibawah mikroskop
• Fluoresensi
Uji ini dapat dilakukan terhadap ekstrak, atau larutan yang dibuat dari simplisia
• Kelarutan
Dilakukan pada simplisia yang berupa eksudat tanaman
• Reaksi warna , pengendapan, dan reaksi lain
Pada reaksi warna dapat dilakukan pada simplisia yang telah diserbuk
Pada reaksi pengendapan dilakukan pada ekstrak larutan simplisia yang jernih.
• Kromatografi
Cara ini mempunyai kepekaan yang tinggi, cepat, sederhana dan murah.
• Penetapan kadar
Syarat untuk dapat diterapkannya pengujian yang berupa zat ini adalah telah diketahui secara pasti kadar minimal zat berkhasiat yang harus dikandung oleh simplisia
• Cemaran mikroba dan aflatoksin
Seperti Aspergillus flavus, merupakan mikroba jamur yang tidak berbahaya, tetapi metabolit aflatoksinnya menyebabkan keracunan.
• Cemaran logam berat
Seperti cemaran hydrogen sulfida tidak boleh melebihi batas logam berat pada monografi yang dinyatakan sebagai timbale.
a. Simplisis harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku-buku acuan yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI
b. Terdapat simplisia pembanding yang setiap periode harus diperbaharui.
c. Dilakukan pemeriksaan mutu fisi secara tepat.
d. Dilakukan pemeriksaan secara lengkap seperti pemeriksaan organolepti, makrokospis, mikrokospis, pemeriksaan fisika, kimiawi, kromatografi.
6. Parameter standarisasi
Parameter standarisasi antara lain:
• Organoleptik
Pemeriksaan meliputi warna, bau, dan rasa.
• Makrokospis
Pemeriksaan dengan dilihat secara langsung, dapat juga dengan bantuan kaca pembesar
• Mikrokosis
Pemeriksaan dengan melihat jaringan sel simplisia dibawah mikroskop
• Fluoresensi
Uji ini dapat dilakukan terhadap ekstrak, atau larutan yang dibuat dari simplisia
• Kelarutan
Dilakukan pada simplisia yang berupa eksudat tanaman
• Reaksi warna , pengendapan, dan reaksi lain
Pada reaksi warna dapat dilakukan pada simplisia yang telah diserbuk
Pada reaksi pengendapan dilakukan pada ekstrak larutan simplisia yang jernih.
• Kromatografi
Cara ini mempunyai kepekaan yang tinggi, cepat, sederhana dan murah.
• Penetapan kadar
Syarat untuk dapat diterapkannya pengujian yang berupa zat ini adalah telah diketahui secara pasti kadar minimal zat berkhasiat yang harus dikandung oleh simplisia
• Cemaran mikroba dan aflatoksin
Seperti Aspergillus flavus, merupakan mikroba jamur yang tidak berbahaya, tetapi metabolit aflatoksinnya menyebabkan keracunan.
• Cemaran logam berat
Seperti cemaran hydrogen sulfida tidak boleh melebihi batas logam berat pada monografi yang dinyatakan sebagai timbale.
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan
jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu
percolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan
biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan
pemanasan.
Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: serbuk
simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk
tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai
mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya
sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung
untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat,
kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler
dan daya geseran (friksi).
Secara umum proses perkolasi ini dilakukan
pada temperatur ruang. Sedangkan parameter berhentinya penambahan pelarut
adalah perkolat sudah tidak mengandung senyawa aktif lagi. Pengamatan secara
fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat pada tetesan perkolat yang sudah tidak
berwarna.
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara
maserasi karena:
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian
larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga
meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.
b. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk
saluran tempat mengalir cairan penyari.karena kecilnya saluran kapiler
tersebut,maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas,sehingga
dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Perkolasi Bertingkat
Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang
dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal. Selama cairan penyari melakukan
penyarian serbuk simplisia, maka terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari
atas sampai ke bawah disertai pelarutan zat aktifnya. Proses poenyaringan
tersebut akan menghasilkan perkolat yang pekat pada tetesan pertama dan
terakhir akan diperoleh perkolat yang encer.
Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dialkukan
cara perkolasi bertingkat. Serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna
sebelum dibuang, disari dengan cairan penyari yang baru. Hal ini diharapkan
agar serbuk simplisia tersebut dapat tersari sempurna. Sebaliknya serbuk
simplisia yang baru disari dengan perkolat yang hampir jenuh, dengan demikian
akan diperoleh perkolat akhir yang jernih. Perkolat dipisahkan dan dipekatkan.
Cara ini cocok bila digunakan untuk perusahaan obat tradisional, termasuk perusahaan yang memproduksi sediaan galenik. Agar dioperoleh cara yang tepat, perlu dilakukan percobaan pendahuluan. Dengan percobaan tersebut dapat ditetapkan :
Cara ini cocok bila digunakan untuk perusahaan obat tradisional, termasuk perusahaan yang memproduksi sediaan galenik. Agar dioperoleh cara yang tepat, perlu dilakukan percobaan pendahuluan. Dengan percobaan tersebut dapat ditetapkan :
1.Jumlah percolator yang diperlukan
2.Bobot serbuk simplisia untuk tiap kali perkolasi
3.Jenis cairan penyari
4.Jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi
5.Besarnya tetesan dan lain-lain.
Percolator yang digunakan untuk cara perkolasi ini
agak berlainan dengan percolator biasa. Percolator ini harus dapat diatur,
sehingga:
1.Perkolat dari suatu percolator dapat dialirkan ke
percolator lainnya
2.AmpAs dengan mudah dapat dikeluarkan.
Percolator
diatur dalam suatu deretan dan tiap percolator berlaku sebagai percolator pertama.
Komentar
Posting Komentar